Pendidikan Rendah Berisiko Terserang Gagal Ginjal

Rabu, 20 Juli 2011

Spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit Mitra Kemayoran Jakarta, dr. Candra Wibowo, Sp.PD mengungkapkan, usaha pencegahan penyakit ginjal sebenarnya dapat dilakukan mudah, yakni dengan menerapkan pola gaya hidup yang sehat.
“Jadi, misalnya orang tua batu ginjal, anaknya bisa tidak terkena batu ginjal jika mempunyai gaya hidup yang baik. Sebaliknya, jika orang tua tidak punya riwayat batu ginjal, tapi gaya hidup kita jelek, batu ginjal bisa timbul,” paparnya.
Candra memaparkan beberapa hal penting seputar risiko yang memengaruhi penyakit ginjal kronis, di antaranya:
1. Pada orang tanpa faktor risiko
Setiap orang berusia 40 tahun, harus diperiksa fungsi ginjalnya secara global.
2. Mereka yang berisiko tinggi
Hipertensi, diabetes, riwayat gagal ginjal, batu saluran kemih, infeksi saluran kemih berulang, obesitas, kolesterol tinggi, merokok.
3. Berat badan lahir rendah
Kalau kurang dari 2.500 gram, bayi punya risiko untuk menderita penyakit ginjal kronik pada suatu saat.
4. Pendidikan rendah
Orang yang pendidikannya rendah, mempunyai kecenderungan atau risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan ginjal.
5. Pendapatan rendah
Mereka yang berpenghasilan rendah rentan mengalami infeksi. Hal ini terjadi karena mereka cenderung mengonsumsi makanan yang kualitasnya kurang baik.

Ketika Sikecil Bersifat Acuh

Selasa, 19 Juli 2011

Merasa frustrasi karena perkataan Anda sering kali diacuhkan oleh si kecil? Berikut ini beberapa alasan anak tak mau mendengarkan perkataan orangtuanya.

Helium memberikan beberapa alasan mengapa anak suka mengabaikan perkataan orangtuanya. Ini dia!

1. Menguji batasan kesabaran

Anak-anak ingin menilai sejauh mana orangtuanya bisa bersabar menghadapinya. Tujuannya untuk mengetahui sejauh mana batasannya dalam bertindak. Anak-anak sering kali membuat batasan sendiri tanpa harus mendapat instruksi dari Anda. Terkadang, caranya adalah dengan “membantah” orangtua.

2. Menilai siapa yang mengontrol

Tak jarang banyak anak-anak yang mencoba menjadi “si pengontrol” termasuk terhadap orangtua. Sekali saja mereka berhasil mengontrol Anda, maka mereka akan menggunakan cara yang sama untuk melakukannya lagi. Untuk itu Anda harus bersikap tegas. Jangan sampai anak Anda tumbuh di luar batasan nilai-nilai yang berlaku.

3. Fase pertumbuhan
Anak-anak, terutama ketika masa remaja, mengalami fase yang membuat mereka suka memberontak. Mereka seolah hidup di dunia sendiri dan seolah tak ada orang yang mengerti. Jangan biarkan fase ini membuat anak Anda makin tidak terkontrol. Anda harus banyak bicara dan mendekatkan diri padanya, dan menunjukkan bahwa Anda benar-benar peduli dan sayang.

4. Kecerdasan
Terkadang bukan maksud anak membantah atau tidak menuruti kata Anda. Namun seringkali kecerdasan mereka menuntut Anda untuk memberi alasan yang logis dan bisa diterima. Untuk itu selalu berlaku jujur pada anak Anda. Jangan memberinya alasan-alasan yang kurang logis, karena hanya akan mendatangkan beragam pertanyaan lain yang membuat Anda kewalahan menjawabnya.

Misalnya, saat anak tak mau tidur, bujuklah dia. Katakan padanya jika tidurnya kurang, maka ia tak punya energi cukup untuk bermain esok hari. Memberi alasan yang menakut-nakuti anak, seperti diculik monster atau makhluk fiktif lainnya hanya akan membuatnya bingung dan bertanya-tanya.

 
 
 
 
Copyright © HEALTHY